Monday, February 10, 2014

MAKALAH KAYU


By on Monday, February 10, 2014


STRUKTUR KAYU

I.  PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia sudah dikenal 400 jenis kayu yang dianggap penting, 267 dikenal dalam perdagangan dan 133 digolongkan dalam kelompok kayu kurang dikenal.  Saat ini umumnya pemanfaatan kayu kurang dikenal belum disesuaikan dengan sifatnya.  Hal ini disebabkan karena data sifat dasar kayunya belum lengkap, akibatnya nilai tambah yang diperoleh masih rendah.  Demikian pula tarif Iuran Hasil Hutan (IHH) jenis ini dikelompokkan dalam kayu rimba campuran dengan tarif paling rendah sehingga pendapatan negara dari IHH belum maksimal.
Di sisi lain, jenis-jenis kayu perdagangan sudah semakin berkurang jumlahnya sehingga diperlukan substitusi dari jenis kayu kurang dikenal.  Penggunaan kayu kurang dikenal diharapkan mampu sebagai pemasok dan penghara bahan baku industri perkayuan. Upaya ini dimaksudkan mampu meningkatkan diversifikasi jenis, menghemat penggunaan jenis kayu tertentu dan menjamin pasaran kayu bagi pengguna.
Untuk mendapatkan dan melengkapi data sifat dasar berbagai jenis kayu kurang dikenal, telah dilakukan penelitian sifat dasar dan penentuan penggunaannya yang tepat sehingga pemanfaatannya dapat lebih optimal agar dapat mewujudkan pembangunan hutan lestari.

II. BAHAN DAN METODE

A.    Bahan dan Alat
     Bahan penelitian adalah empat jenis kayu yaitu salagundi (Roudholia teysmanii), raru (Cotylelobium melanoxylon), mobe (Arthocarpus dadah) dan medang landit (Persea rimosa).
 Peralatan yang diperlukan antara lain alat tulis, perlengkapan lapangan, chainsaw, gergaji, kaliper, oven, timbangan, alat uji mekanis dan kamera foto.

B.    Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Laboratorium Pengolahan dan Pemanfaatan Hasil Hutan, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sumatera dan Laboratorium Keteknikan Kayu, Fakultas Kehutanan, IPB.  Contoh kayu diambil dari Kabupaten Simalungun dan Tapanuli Tengah, Propinsi Sumatera Utara.  

C.    Metode Penelitian
1.    Pengambilan bahan penelitian
Setiap jenis kayu diambil dua pohon.  Dicatat tinggi bebas cabang, tinggi total dan diameternya.  Tempat tumbuh pohon, deskripsi pohon, fenotipe, sampel daun, biji, buah untuk herbarium dan informasi lainnya dikumpulkan sebagai data sekunder.  Kemudian pohon ditebang dan dilakukan pembagian batang dengan membagi tiga bagian utama yaitu bagian pangkal, tengah dan ujung.  Sisa dari lempengan sampel bagian pangkal, tengah dan ujung tersebut dijadikan bentuk sortimen papan dengan ketebalan 10 cm.  Potongan pangkal, tengah dan ujung pohon dimasukkan dalam plastik untuk menjaga kondisi kesegaran kayu (kayu tetap dalam kondisi basah).
2.    Pembuatan contoh uji dan pengujian
     Sortimen kayu berbentuk papan disimpan dalam ruangan secara teratur dan dibiarkan hingga mencapai kadar air kering udara.  Setiap sortimen diserut kedua permukaan lebarnya sebelum dilakukan pembuatan contoh uji mekanis.  Pengambilan dan pembuatan contoh uji fisis dan mekanis dilakukan menurut prosedur yang dilakukan oleh Kartasudirdja, 1987.  Contoh uji sifat fisis (kadar air, berat jenis dan perubahan dimensi) diperoleh dari lempengan pangkal, tengah dan ujung batang.  
a. Pengujian sifat fisis
1)    Penentuan kadar air kayu
Kadar air kayu ditentukan dengan menggunakan kaidah yang disusun oleh Karnasudirdja (1987).  Contoh uji berukuran 2 x 2 x 2 cm ditimbang lalu dioven pada suhu 103 + 2o Celcius hingga beratnya konstan.  Setelah mencapai berat yang konstan maka contoh ditimbang lagi.  Kadar air (KA) kayu kemudian dihitung berdasarkan rumus :
          KA = Berat.basah − Berat.kering  x 100 %     (dasar basah)
Berat.basah                  
2)    Penentuan berat jenis kayu
 Penentuan berat jenis ini didasarkan pada kaidah yang disusun oleh Karnasudirdja (1987).  Contoh uji berukuran 2 x 2 x 2 cm dikeringkan dalam oven pada suhu 103 + 2o Celcius hingga beratnya konstan.  Setelah konstan contoh uji dilapisi dengan parafin dengan cara dicelupkan ke dalam parafin cair.  Contoh uji kemudian diukur volumenya dengan menggunakan gelas ukur.  Berat jenis (BJ) kayu kemudian ditentukan dengan rumus :
     BJ =  Berat.kering x 100%            kerapatan air Volumekering
                  
          Catatan : kerapatan air dianggap 1 gram/cm3
3)    Penyusutan  kayu
Penyusutan yang diukur meliputi penyusutan volumetrik, radial, tangensial dan longitudinal.  Pada ketiga bagian kayu diukur dimensinya dan diberi tanda, agar dalam proses pengukuran berikutnya dilakukan pada posisi yang sama.  Untuk penentuan persen penyusutan kayu, contoh uji kayu basah dengan ukuran 2 x 2 x 5 cm kemudian ditentukan volumenya.  Contoh tersebut kemudian dioven hingga beratnya konstan dan kemudian contoh kering tersebut ditentukan kembali volumenya.  Penyusutan untuk tiap bidang kayu dihitung berdasarkan rumus :
Penyusutan = Dimensi.basah − Dimensi.kering     x 100% Dimensi.basah

b. Pengujian sifat mekanis
     Sifat mekanis kayu yang diuji antara lain Modulus of Elasticity (MOE), Modulus of Rupture (MOR), keteguhan tekan sejajar serat dan keteguhan tekan tegak lurus serat dengan menggunakan sistem British.  Dalam pengujian mekanis kayu digunakan mesin uji mekanis Universal Testing Machine.  
 D. Analisis Data
     Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer.  Data sekunder berupa data studi literatur dan wawancara dengan instansi terkait.  Rancangan percobaan dilakukan dengan rancangan faktorial dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 ulangan.  Tiap jenis dianalisis pengaruhnya posisi dalam batang (pangkal, tengah dan ujung) terhadap sifat fisis dan mekanis kayu (dimana ini dianggap sebagai faktor/perlakuan dalam RAL tersebut).  Data-data tersebut ditabulasi dan dianalisa secara statistik dengan bantuan paket program minitab.

III.  HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian sifat fisis berupa berat jenis, kadar air dan penyusutan kayu (volumetrik, longitudinal, tangensial dan radial) dan sifat mekanis berupa MOR, MOE keteguhan tekan sejajar serat dan keteguhan tekan tegak lurus serat akan ditunjukkan pada Tabel 1, 2, 3 dan 4.  Pengujian sifat mekanis kayu dilakukan pada kondisi kayu kering udara dengan kadar air sekitar 15 %.  

IV.  KESIMPULAN DAN SARAN

1.    Berat jenis kayu berturut-turut: Medanglandit (Persea rimosa), 0.44-0.54 ; Mobe
(Arthocarpus dadah), 0.55-0.69, Salagundi (Roudholia teysmanii), 0.80-0.86 dan Raru (Cotylelobium melanoxylon), 1.02-1.09.  
2.    Terdapat korelasi positif antara berat jenis dengan sifat fisis (penyusutan) dan dengan sifat mekanis kayu (MOE dan MOE) dari keempat jenis kayu yang diteliti.
3.    Kelas kuat (KK) kayu berturut-turut : Medang landit (Persea rimosa), KK. II; Mobe
(Arthocarpus dadah), KK. II-III, Salagundi (Roudholia teysmanii), KK. I dan Raru (Cotylelobium melanoxylon), KK. I. 
4.    Disarankan agar jenis-jenis yang memiliki manfaat ganda dan sifat dasar yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan tersebut agar dikembangkan di hutan rakyat maupun pilihan untuk jenis tanaman reboisasi.

BAB II
SIFAT MEKANIK KAYU


Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu ialah kemampuan kayu untuk menahan muatan dari luar. Yang dimaksud dengan muatan dari luar ialah gaya-gaya di luar benda yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda. Kekuatan kayu memegang peranan penting dalam penggunaan kayu untuk bangunan, perkakas dan lain penggunaan. Hakekatnya hamper pada semua penggunaan kayu, dibutuhkan syarat kekuatan. Dalam hubungan ini dibedakan beberapa macam kekuatan sebagai berikut:
   - Keteguhan tarik
Kekuatan atau keteguhan tarik suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu itu. Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat dan keteguhan tarik ini mempunyai hubungan dengan ketahanan kayu terhadap pembelahan.
    -Keteguhan tekan/kompresi
Keteguhan tekan suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan muatan jika kayu itu dipergunakan untuk penggunaan tertentu. Dalam hal ini dibedakan 2 macam kompresi yaitu kompresi tegak lurus arah serat dan kompresi sejajar arah serat. Keteguhan kompresi tegaklurus serat menentukan ketahanan kayu terhadap beban. Seperti halnya berat rel kereta api oleh bantalan di bawahnya. Keteguhan ini mempunyai hubungan juga dengan kekerasan kayu dan keteguhan geser. Keteguhan kompresi tegaklurus arah serat pada semua kayu lebih kecil daripada keteguhan kompresi sejajar arah serat.
    -Keteguhan geser
Yang dimaksud dengan keteguhan geser ialah suatu ukuran kekuatan kayu dalam hal kemampuanya menahan gaya-gaya, yang membuat suatu bagian kayu tersebut bergeser atau bergelingsir dari bagian lain di dekatnya. Dalam hubungan ini dibedakan 3 macam keteguhan geser sejajar arah serat, keteguhan geser tegaklurus arah serat dan keteguhan geser miring. Pada keteguhan geser tegaklurus arah serat jauh lebih besar daripada keteguhan geser sejajar arah serat.
    -Keteguhan lengkung (lentur)
Ialah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban-beban mati maupun hidup selain beban pukulan yang harus dipikul oleh kayu tersebut, misalnya blandar. Dalam hal ini dibedakan keteguhan lengkung static dan keteguhan lengkung pukul. Yang pertama enunjukkan kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan, sedangkan keteguhan pukul adalah kekuatan kayu yang menahan gaya yang mengenainya secara mendadak seperti pukulan.
    -Kekakuan
Kekakuan kayu baik yang dipergunakan sebagai blandar ataupun tiang ialah suatu ukuran kekuatannya untuk mampu menahan perubahan bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dengan istilah modulus elastisitas yang berasal dari pengujian-pengujian keteguhan lengkung statik.
    -KeuletanKeuletan ialah suatu istilah yan biasa dipergunakan bagi lebih dari satu sifat kayu. Misalnya kayu yang sukar dibelah, dikatakan ulet. Ada pula pengertian bahwa kayu yang ulet itu adalah kayu yang tidak akan patah sebelum bentuknya berubah karena beban-beban yang sama atau mendekati keteguhan maksimumnya, atau kayu yang telah patah dan dilekuk bolak-balik tanpa kayu tersebut putus terlepas. Dalam uraian ini keuletan kayu diartikan sebagai kemmpuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relative besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian. Keuletan kebalikan dari kerapuhan kayu dalam arti bahwa kayu yang ulet akan patah secara berangsur-angsur dan memberi suara peringatan tentang kerusakannya. Sifat keuletan itu terutama merupakan faktor yang penting untuk menentukan kepastian suatu jenis kayu tertentu untuk digunakan sebagai tangkai alat pemukul, alat-alat olahraga dan lain penggunaan sebagai bagian alat untuk mengerjakan sesuatu.
    -Kekerasan
Yang dimaksud dengan kekerasan kayu ialah suatu ukuran kekuatan kayu menahan gaya yang membuat takik atau lekukan padanya. Juga dapat diartikan sebagai kemampuan kayu untuk menahan kikisan (abrasi). Dalam arti yang terakhir kekerasan kayu bersamaan keuletannya merupakan suatu ukuran tentang ketahanannya terhadap pengausan kayu. Hal ini merupakan suatu pertimbangan dalam menentukan suatu jenis kayu untuk digunakan sebagai lantai rumah, balok pengerasan, pelincir sumbu,dan lain-lain. Kekerasan dalam arah sejajar serat pada umumnya melampaui kekerasan kayu dalam arah lain.
    -Keteguhan belah
Sifat ini digunakan untuk menyatakan kekuatan kayu menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Tegangan belah adalah suatu tegangan yang terjadi karena adanya gaya yang berperan sebagai baji. Suatu sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap ataupun pembuatan kayu bakar.sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan jenis ukir-ukiran (patung). Contoh: kayu ulin baik untuk pembuatan sirap, kayu sawo baik untuk pembuatan patung ataupun popor senjata dan lain sebagainya. Perlu diketahui bahwa kebanyakan kayu lebih mudah terbelah sepanjang jari-jari (arah radial) daripada dalam arah sejajar lingkaran tahun (tangensial). Ukuran-ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat kekuatan kayu atau sifat-sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor- faktor yang mempengaruhi sifat-sifat mekanik secara garis besar dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu:

Faktor-faktor luar (eksternal) antara lain: pengawetan kayu, kelambaban lingkungan, pembebanan dan cacat-cacat yang disebabkan jamur serta serangga perusak kayu. Faktor kedua yaitu faktor dalam kayu (internal) yang bersangkutan antara lain: dan lain sebagainya. Sifat kekuatan tiap-tiap jenis kayu berbeda-beda. Berdasarkan kekuatannya, jenis-jenis kayu digolongkan ke dalam 5 kelas kuat yaitu: kelas kuat I sampai dengan kelas kuat V. kayu dari kelas kuat I memiliki kekuatan lebih dari kayu kelas II, dan seterusnya. Untuk penggunaan konstruksi berat dianjurkan dipakai jenis-jenis kayu dengan kelas kekuatan I. Untuk perumahan dapat dipakai jenis-jenis dari kelas II. Kesimpulannya ialah bahwa tiap-tiap penggunaan harus disesuaikan dengan kelas kekuatannya

BAB III
KLASIFIKASI KAYU



Penggolongan Produk Kayu di Pasaran 
Saat ini produk kayu sangat beragam. Produk kayu solid/asli umumnya berupa kayu gergajian baik berupa balok maupun papan. Sedangkan produk kayu buatan dapat merupa vinir (veneer), papan lapis, triplek/plywood/multiplek dan bahkan kayu laminasi (glue laminated timber). 
Klasifikasi Produk Kayu 
Penggolongan kayu dapat ditinjau dari aspek fisik, mekanik dan keawetan. Secara fisik terdapat klasifikasi kayu lunak dan kayu keras. Kayu keras biasanya memiliki berat satuan (berat jenis) lebih tinggi dari kayu lunak. Klasifikasi fisik lain adalah terkait dengan kelurusan dan mutu muka kayu. Terdapat mutu kayu di perdagangan A, B dan C yang merupakan penggolongan kayu secara visual terkait dengan kualitas muka (cacat atau tidak) arah - pola serat dan kelurusan batang.
Kadang klasifikasi ini menerangkan kadar air dari produk kayu. 
Kayu mutu kering udara 
   - Besar mata kayu maksimum 1/6 lebar kecil tampang / 3,5 cm 
    -Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok 
    -Miring arah serat maksimum adalah 1/7 
    -Retak arah radial maksimum 1/3 tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/4 tebal kayu 

Kayu mutu kering udara 15% - 30% 
    -Besar mata kayu maksimum 1/4 lebar kecil tampang / 5 cm 
    -Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok 
    -Miring arah serat maksimum adalah 1/10 
    -Retak arah radial maksimum ¼ tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/5 tebal kayu 
Konsekuensi dari kelas visual B harus memperhitungkan reduksi kekuatan dari mutu A dengan faktor pengali sebesar 0.75 (PKKI, 1961, pasal 5) 
Kelas Kuat Kayu 
Sebagaimana di kemukakan pada sifat umum kayu, kayu akan lebih kuat jika menerima beban sejajar dengan arah serat dari pada menerima beban tegak lurus serat. Ini karena struktur serat kayu yang berlubang. Semakin rapat serat, kayu umumnya memiliki kekuatan yang lebih dari kayu dengan serat tidak rapat. Kerapatan ini umumnya ditandai dengan berat kayu persatuan volume / berat
jenis kayu.
 
Gambar 4.1 Arah serat dan kekuatan kayu terhadap tekanan dan tarik Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
 
Gambar 4.2 Arah serat dan kekuatan kayu terhadap lentur dan geser
Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
Angka kekuatan kayu dinyatakan dapan besaran tegangan, gaya yang dapat diterima per satuan luas. Terhadap arah serat, terdapat kekuatan kayu sejajar (//) serat dan kekuatan kayu tegak lurus (⊥) serat yang masing - masing memilki besaran yang berbeda. Terdapat pula dua macam besaran tegangan kayu, tegangan absolute / uji lab dan tegangan ijin untuk perancangan konstruksi.
Tegangan ijin tersebut telah memperhitungkan angka keamanan sebesar 5 - 10. Dalam buku Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI - NI - 5) tahun 1961, kayu di Indonesia diklasifikasikan ke dalam kelas kuat I (yang paling kuat), II, III, IV (paling lemah).
Tabel 4.1 Kelas Kuat Kayu
Sumber : PKKI, 1979
Kelas
Kuat     Berat jenis     Tekan-Tarik // Serat
(Kg/cm2)     Tarik ┴ Serat
(Kg/cm2 )     Kuat Lentur
(Kg/cm2)
           Absolut        Izin                     Absolut     Izin     Absolut     Izin
I          > 650          ≥ 0.90 130               -           20     > 1100     150
II        0.6--0.90     425-650                  85         -          12     725-1100     100
III       0.40-
0.90    300-425      60               -     8     500-725     75
IV       0.30-
0.40    =215-300     45                 -     5     360-725     50
V        < 215           ≤ 0.30 -     -     -     < 360     -

4.4. Kelas Awet 
Berdasarkan pemakaian, kondisinya dan perlakuannya, kayu dibedakan atas kelas awet I (yang paling awet) – V (yang paling tidak awet). Kondisi kayu dimaksud adalah lingkungan/tempat kayu digunakan sebagai batang struktur. Sedangkan perlakuan meliputi pelapisan/tindakan lain agar kayu terhindar/terlindungi dari kadar air dan ancaman serangga.

BAB IV
ELEMEN STRUKTUR DALAM PERANCANAAN

I.    APLIKASI
Kayu merupakan salah satu material yang penting dalam konstruksi maupun dekoratif dalam bangunan. Dengan sifat kayu yang kuat dan mudah diterapkan kayu merupakan material yang sangat berharga dalam sejarah manusia. Sebalum mangenal beton dan baja manusia sudah menggunakan kayu dalam konstruksi bangunan. Sejak masa prasejarah hingga sekarang manusia masih menggunakan kayu dalam konstruksi bangunan dan dekoratif bangunan. Hal ini membuktikan betapa berharganya kayu sebagai bahan material dalam kontruksi bangunan. Dalam penggunaannya kayu harus memenuhi syarat:
   - Mampu menahan bermacam-macam beban yang bekerja dengan aman dalam jangka waktu        yang direncanakan.
    -Mempunyai ketahnan dan keawetan yang memadai melebihi umur pemakainya.
    -Serta mempunyai ukuran penampang dan panjang yang sesuai pemakaiannya dalam konstruksi.
Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan kayu.bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan atau bentuk-bentuk yang sesuai dengan tujuan penggunaannya.
    -Ukuran nominal kayu untuk bangunan, tebal dan lebar minimal (10x10) mm, (10x30) mm, (20x30) nm, sampai (120x120) mm, (25x30) mm, (30x30) nm, (30x50) mm, (60x80) mm, (60x100) mm, 60x120)mm, (80x80) mm, (80x100) mm, 120x120) mm.
    -Ukuran kayu berdasarkan penggunaan (Tabel):
    -Ukuran panjang nominal (m): 1; 1.5; 2; 2.5; 3; 3.5; dst 5.5.
    -Ukuran untuk bangunan rumah dan gedung:
    -Kusen pintu dan jendela (mm): 60 (100, 120, 130, 150) ; 80 (100, 120, 150).
    -Kuda-kuda (mm): 80 (80, 100, 120, 150, 180), 100 (100, 120, 150, 180).
    -Kaso (mm) : 40x60; 40x80; 50x70.
    -Tiang balok (mm) :80 (80, 100, 120); 100 (100, 120); 120 (120, 150).
    -Balok antar tiang (mm): 40 (60, 80); 60 (80, 120, 150); 80 (120, 150, 180), 100 (120, 150).
    -Balok langit (mm): 80 (120, 150, 180, 200); 100 (150, 180, 200).
    -Toleransi ukuran panjang kayu ditetapkan berdasarkan ukuran nominal 100 mm dan toleransi ukuran tebal dan lebar kayu ditetapkan 0-15 mm dari ukuran nominal.
    -Ketentuan kadar air kayu adalah ukuran kayu gergajian dalam keadaan kering udara, maksimum 23%, kecuali untuk kusen daun pintu, daun jendela, jelusi dan elemen lainnya mempunyai kadar air maksimum 20% 

Tabel 6.1. Ukuran kayu berdasar penggunaan
Jenis        
Penggunaan     Tebal (mm)     Lebar (mm)
Lis dan Jalusi 
 
      10     10,30,40,50, 60, 80
    15     30,40,50,60,80,100,120,150,180,200,220
    20     40, 50,60,80, 100, 120 

Papan
      20     150, 180,200,220,250
    30     180,200,220,250,300
    40     180,200,220,250

Reng dan kaso
    20     30
    25     30,40,60,80, 100, 120
    35     30,40,60,80,100,120,150
    50     70,80,100,120,130,150,180,200,220,250
Balok
      60     80,100,120,130,150,180,200,20,250
    100     100, 120, 130, 150, 180,200,220,250

Setelah kayu mengalami proses pengolahan menjadi kayu bangunan kayu sudah dapat diaplikasikan dalam bangunan. berikut ini beberapa pengaplikasi kayu dalam bangunan.

 1.Rangka Atap
Salah satu aplikasi kayu dalam bangunan adalah dalam penggunaannya pada rangka atap. Dalam konstruksi rangka atap dibutuhkan banyak sekali kayu yang memiliki berbagai macam ukuran yang tentunya sudah merupakan ukuran standar konstruksi. Dalam konstruksi rangka atap kuda-kuda merupakan bagian yang paling penting, selain itu juga dilengkapi dengan reng, kaso, dan gording.
Berikut ini beberapa material penyusun rangka atap.
1)    Balok/alas kuda-kuda (6/12), (8/12), (8/15)
2)    Kaki kuda-kuda (6/12), (8/12), (8/15)
3)    Batang penggantung (6/12), (8/12), (8/15)
4)    Batang tekan/schor (6/12), (8/12)
5)    Balok bubungan (6/12)
6)    Papan bubungan 
7)    Karpus
8)    Gording
9)    Kaso 
10)    Reng
11)    Anak kuda-kuda
12)    Ring balok
13)    Dinding
14)    Balok sambungan kuda-kuda


2.Penutup Lantai
Kayu juga dapat diaplikasikan sebagai penutup lantai pada bangunan atau yang lebih dikenal dengan parkit. Parkit merupakan slah satu produk kayu yang didesain khusus sebagai penutup lantai. Umumnya parkit dibuat dari kayu yang memiliki motif yang indah seperti ulin. Jati, kempas, merbau, dsb.
Keuntungan dari penggunaan parkit adalah selain dari tampilannya yang lebih indah, parkit juga lebih aman dibandingkan keramik kareana sifatnya yang lebih lunak. Rumah berlantai kayu memang sangat sesuai untuk masyarakat yang tinggal di daerah tropis. Pada saat musim hujan, kayu menghangatkan suasana dengan warna kecoklatan yang temaram, dan saat musim panas, kayu mendinginkan ruangan.
Jenis parkit :
    -Parket Kayu Solid
Terbuat dari kayu solid (kayu murni) atau juga campuran, dengan bahan kayu bervariasi semisal kayu daru, merbau, jati dan kayu durian.
    -Parket Kayu Semi Solid 
Hanya bagian atasnya saja yang terbuat dari solid kayu sedang bawahnya dilapisi tripleks.
    -Parket Kayu Laminated
Parket laminating yang terbuat dari serbuk kayu yang dipress kemudian dilapisi kertas bermotif kayu yang lalu dilaminating.
Baik solid, semi solid dan laminating memiliki plus-minusnya. “Misalnya saja untuk yang laminating tahan terhadap goresan dan rayap, semi solid bila tergores bisa dipoles kembali namun rentan terhadap rayap sedang solid rentan akan goresan namun tahan terhadap rayap tapi dengan harga yang relatif mahal.

3.Penutup Atap Umumnya bahan yang digunakan pada bangunan modern adalah genteng, namun kayu juga dapat diaplikasikan sebagai penutup atap atau yang lebih dikenal dengan sirap. Pada bangunan tradisional sirap telah lama digunakan sebagai penutup atap, dan sekarang sirap merupakan salah satu pilihan alternatif sebagai penutup atap pada bangunan. Biasanya sirap dibuat dari kayu ulin.
Cara pemasangan sirap sama seperti cara pemasangan genteng pada umumnya yaitu disusun dari bawah keatas secara bertumpuk dengan interval tertentu, namum bedanya pada atap sirap biasanya dipasang 3-4 lapis. Lapisan-lapisan ini terdiri dari (dari lapisan paling bawah): sirap layer 1-tripleks-aluminium foil-sirap layer 2-sirap layer 3-sirap layer 4. Dan pada pemasangan atap sirap menggunakan paku sebagai penahannya.
4.Dinding
Biasanya dinding terbuat dari susunan bata merah, namun dapat digantikan dengan material lain seperti kayu, bamboo, dan GRC. Pada susunan dinding kayu terdapat beberapa konstruksi diantaranya :
a)    Dinding kayu batang tersusun
Merupakan konstruksi dinding kayu yang paling tua. Pada konstrumsi dinding batang tersusun, konstruksi rangka disusun secara setingkat-setingkat. Kuda-kuda penopang di sudut-sudut rumah pada umumnya diatur, sehingga beban angin langsung disalurkan dari sudut ke bantalan. Penyusutan konstruksi rangka tersusun di bagian-bagian konstruksi yang melintang tidak beraturan, bantalanbantalan, balok lantai dan balok loteng penyusutan besar. Di bagian konstruksi yang tegak berupa tiang-tiang penyusutan kecil.
b)    Dinding kayu batang melintang
Gording merupakan bagian atas penutup atap, yang mendukung seluruh beban atap. Pada bangunan yang bertingkat gording juga berfungsi mendukung dinding atasnya. Tinggi gording disesuaikan dengan beban dan jarak tiang, akan tetapi minimal 12 cm.
c)    Dinding kayu batang tegak
Konstruksi tiang menentukan tinggi dinding, tiang berdiri tegak lurus antara bantalan dan gording dinding. Tiang biasanya berpenampang bujur sangkar. Kalau penampang ini tidak sesuai pada suatu titik, maka dapat digunakan tiang ganda yang ditanam disambung dengan baut.
d)    Dinding kayu batang miring
Kuda-kuda penopang membagi segiempat bidang dinding yang goyah dalam bidang segiempat yang mantap. Menjaga agar dinding tidak bergerak oleh benturan atau tekanan angin.
e)    Dinding kayu rangka terusan (lajur)
Pada umumnya bagian luar dan dalam dilapisi dengan papan. Tiang-tiang menembus melalui semua tingkat bangunan, oleh karena itu penyusutannya sedikit dan pada dasarnya tergantung dari bagian-bagian konstruksi yang melintang. Maka bagian ini harus memenuhi syarat-syarat teknis. Konstruksi rangka terusan biasanya terbuat dari papan. 
Beberapa cara pemasangan papan dinding yang digunakan adalah sebagai berikut : 
a)Pemasangan papan dinding vertikal
b)Papan dipasang seacra vertikal pada rangka kayu. 
c)Pemasangan papan dinding horizontal
Papan dipasang secara horizontal pada rangka kayu. 
d)Pemasangan papan dinding sirap
Papan dipasang secara bertingkat pada reng yang terdapat dalam rangka kayu.
5.Pelapis Dinding
Kayu juga dapat digunakan sebagai pelapis dinding. Kayu yang biasa digunakan untuk pelapis dinding biasanya kayu yang memiliki motif yang indah yang berbentuk lembaran papan. Keuntungan dari penggunaan kayu sebagai pelapis dinding ruangan akan lebih hangat.
6.Pelat Lantai
Yang dimaksud dengan pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi merupakan lantai tingkat. Pelat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
Guna pelat lantai adalah:
 -   Memisahkan ruang bawah dengan ruang atas.
  -  Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas.
  -  Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah.
  -  Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah.
  -  Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.
Pelat lantai dibagi menjadi dua yaitu:
1)    Balok Lantai
Pelat lantai kayu umumnya dibuat dari rangkaian papan kayu yang disatukan menjadi kesatuan yang kuat, sehingga membentuk bidang injak yang luas. Ukuran lebar papan umumnya 20 – 30 cm, tebal papan dapat dipilih ukuran 2 – 3 cm, dengan jarak balok-balok pendukung antara 60 – 80 cm. Ukuran balok berkisar antara 8/12, 8/14, 10/14 untuk bentangan 3 – 3,5 m. balok-balok kayu ini dapat diletakkan di atas pasangan bata 1 batu atau ditopang oleh balok beton. Bahan kayu yang dipakai harus mempunyai berat jenis 0,6 – 0,8 (t/m3) atau dari jenis kayu klas II. Beberapa keuntungan dan kerugian pelat lantai dari kayu.
1.    Keuntungan:
  -  Harga relatif murah, berarti biaya bangunan rendah.
  -  Mudah dikerjakan, berarti pekerjaan lebih cepat selesai.
  -  Beratnya ringan, berarti menghemat ukuran pondasi.
  -  Memunculkan Kesan Alami.
  -  Membuat Ruangan Menjadi hangat.
  -  Lebih leluasa dalam memilih motif yang sesuai dengan desain interior. 
2.    Kerugiannya:
   - Hanya boleh untuk konstruksi bangunan sederhana dengan beban ringan.
  - Bukan peredam suara yang baik, suara gaduh atau hentakan kaki dari penghuni atas dapat mengganggu penghuni di lantai bawahnya.
    -Sifat bahan permeable (rembes air) jadi tidak dapat dibuat kamar mandi/WC di lantai atas.
    -Mudah terbakar, jadi tidak boleh membuat dapur di atasnya.
    -Tidak dapat dipasang tegel, jadi mengurangi kesan mewah (hanya dapat ditutup karpet, vinyl, atau sejenisnya).
    -Dapat dimakan bubuk atau serangga, berarti keawetan bahan terbatas.
    -Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah-rubah (panas dan hujan) jadi hanya cocok untuk bangunan yang terlindung.


2)    Balok Loteng
Balok Loteng memisahkan dua tingkat (ruang atas dan ruang bawah). Sekaligus menopang plafond dan lantai. Sesuai tempat dan tugasnya, maka balok masing-masing dalam suatu susunan balok mempunyai nama sendiri-sendiri, yaitu:
  -  Balok Induk, adalah semua balok yang melintang tanpa topang pada seluruh lebar bangunan dan pada kedua ujungnya bertumpu pada kolom. (biasanya mempunyai bentang ± 3 meter).
 -  Balok Anak, adalah balok yang pada kedua ujungnya bertumpu pada balok induk, digunakan untuk memperkecil petak-petak lantai disetiap ruangan. (biasanya mempunyai bentang ± 2 meter).
 -  Balok Bagi, adalah balok yang pada kedua ujungnya bertumpu pada balok anak atau balok induk atau pada salah satunya bertumpu pada balok anak atau balok induk. Digunakan untuk memperkecil petak-petak lantai disetiap ruangan. (biasanya mempunyai bentang ± 1 meter).

BAB V
ALAT SAMBUNG KAYU


Sambungan pada konstruksi kayu sangat konvensional dimana tipenya hanya itu-itu saja. Sampai dengan sekarang sangatlah lambat perkembangannya, disamping itu harga kayu bertambah lama bertambah meningkat seiring dengan kebutuhan kayu dipakai sebagai kayu olahan. Disamping itu akibat tipe sambungan yang sederhana, konstruksi kayu sangat membutuhkan kayu yang besar dibanding dengan kemampuan pikulnya.
Saat ini kayu dipasaran sudah mulai meningkat naik, hal ini dikaitkan dengan bertambah mahalnya nilai jual kayu bila diolahan lebih lanjut. Misalnya dipakai untuk mebel, furniture dan lain sebagainya. Untuk itu perlunya dirancang suatu bentuk sambungan yang tidak terlalu merubah disain konstruksinya, hanya dengan menambah plat ikat baja sebagai alat sambungnya, konstruksi mampu memikul beban.

Adapun type sambungan konstruksi kayu dapat dilihat seperti gambar 1 dibawah ini.
Sambungan paku 
Dimana plat penyambungnya dapat menambah berat sampai dengan 25% dari berat konstruksinya sendiri. Sedangkan kemampuan sambungan berkurang meskipun dari segi kekauan konstruksi relatif kecil Sedangkan macam sambungan yang ada sangat sedikit perkembangannya yaitu sambungan pasak baja yang juga pengurangan kekuatan dari segi kekakuan relatif kecil tetapi penambahan kayu penyambunganya masih besar. Type sambungan pasak baja dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini.

Pada sambungan pasak sekalipun, memang telah mengurangi besar lendutan dibanding dengan sambungan baut, tetapi penambahan berat masih terjadi karena bentuk sambungan masih menggunakan kayu penyambung sebagai plat penggapitnya seperti pada sambungan paku atau baut pada umumnya. 
Plat ikat baja tersebut berfungsi sebagai penyalur beban gaya gaya (pengikat) yang bekerja pada elemenelemen kayu pada konstruksi rangka batang. Dengan adanya plat ikat baja tersebut tipe atau macam sambungan kayu menjadi lebih sederhana, tidak lagi membutuhkan kayu  tambahan yang fungsi dibanding beratnya tidak seimbang.

Alat ikat baja yang dapat disingkat PIB yang akan dipakai pada sambungan konstruksi kayu ini tidak mengurangi segi estetika maupun dari segi kekuatan. Dan apabila diproduksi dengan masal maka nilai jualnya sangatlah murah dibanding dengan penghematan penggunaan kayu dengan sambungan konvensional.

 
1.2  Tujuan dan Manfaat  Penelitian.

     Gambar 2    Alat sambung Pasak Baja.    
          (a) Claw Plat    (b) Split Ring   (c) Toothed ring
          (d) Plat Buldog (e) Krugers ring
Tujuan penelitian ini  diharapkan adanya suatu alat sambung yang baik, mampu memikul/ meneruskan gaya secara baik pada batang yang disambung, efisien, tidak memerlukan suatu keahlian khusus Alat sambung tersebut dapat dipakai untuk sambungan pada kayu yang tebal (balok) maupun tipis (papan) pada suatu konstruksi kayu. Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pada dunia konstruksi khususnya konstruksi kayu akan adanya alternative sambungan kayu dengan alat yang sederhana tetapi mampu memberikan bentuk sumbangan nilai efisiensi pemakaian kayu yang cukup besar.


1.3 Batasan Masalah.
Pembatasan masalah ini dilakuka agar pembahasan tidak melebar kepada permasalahan lain dan untuk mempermudah analisis pembahasan.
Adapun batasan permasalahn dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.    Mutu baja yang dipakai sebagai plat ikat adalah Fy = 2400 Kg/cm2 
2.    Tegangan maksimum yang disyaratkan σmaks = 1600 kg/cm2 3. Tebal Plat ikat yang akan dipakai 1mm.
4.    Tinggi  kait 10 mm.
5.    Hanya diperhitungkan dari kekuatan plat ikat baja saja sedangkan sebagai kayu yang akan disambung akan menyesuaikan setelah kekuatan sambungan telah didapat.


2. Metodologi  Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian deskriptif, karena pada dasarnya melakukan pencandran secara sistematis, factual mengenai fakta-fakta dan sifat sifat dari objek.






Pencandraan dan penjelasan fakta fakta berkaitan erat. Penelitian yang dilakukan ini dengan penyelidikan, menganalisa dan mengklari fikasikan. 
 Penyelidikan dilakukan dengan studi kepustakaan yang meliputi teknik survey atau observasi dan tinjauam kepustakaan yang ada.
Penelitian ini dilakukan juga tergolong studi kasus tentang objek penelitian. Studi kasus  lebih menekankan pada desain pengembangan bentuk untuk suatu model dalam jumlah sample.
 Penelitian ini mempunyai dua kelom pok yang berbeda penekannya, namum merupakan satu kesatuan penelitian untuk suatu desain yan dapat dikembangkan sebagai model.
o    Memandang bentuk alat sambung dari plat ikat baja yang ada, yang merupakan suatu ciri dari berbagai alat sambung yang ada dan menganalisa kemampuan untuk memikul konstruksi sambungan kayu yang dirancang untuk memikul beban tarik.
o    Memandang suatu alat sambung dari aspek yang dapat dikembangkan untuk mendapatkan suatu nilai tambah dari kemampuannya. Salah satu nilai tambah tersebut adalah diharapkan akan mampu mengantikan alat sambung konvensional pada suatu konstruksi kayu. Karena dengan menggunakan alat sambung plat ikat baja ini mampu mengurangi penambahan berat kayu karena dipakai sebagai balok pengikat. Dan penambahan balok pengikat akan menambah berat sampai dengan 25% dari berat konstruksinya. 

2.1    Langkah langkah dan Rangcangan Penelitian.
Dengan ditentukan metodologi penelitian serta batasan batasan penelitian pada bab sebelumnya maka dapat disusun langkah-langkah penelitian sebagi berikut :
o    Penentuan gaya pada kait sesuai dengan kemampuan gaya untuk menggeser kait tersebut seperti pada menentukan kemampuan gaya memikul sambungan aksial tekan maupun aksial tarik.
o    Untuk menentukan kemampuan menahan bersama, dilakukan uji beban dengan menggunakan kait hanya 1 baris, 2 baris, 3 baris, 4 baris dan 5 baris secara keseluruhan. Apakah akan terjadi reduksi akibat jarak kait yang digunakan dan seberapa besar reduk atau pengungannya Atau tidak terjadi pengurangan. Karena hal ini tidak mampu dideteksi dengan metoda numerik.
o    Dilakukan uji numerik dengan menggunakan metoda finit elemen dengan alat bantu SAP 2000, baik profil kayu yang dipakai maupun plat ikatnya. Beban yang dikerjakan bervariasi yaitu, 1, sesuai dengan kemampuan kayu berdasarkan analisa penampang kayu.
o    berdasarkan kemampuan alat sambung dan 3, dengan beban yang terbesar dari kedua diatas dikalikan dengan 150% untuk mendapatkan besar displacement kait yang terjadi.
 Dari gambaran diatas dapat dibuatkan schema rancanang penelitian seperti pada gambar rancangan penelitian dibawah ini.
3.    Hasil dan Pembahasan.
3.1     Manufakturing Prototype
 Alat sambung plat ikat baja dibuat seperti yang digambarkan dibawah ini :


Gambar 3.      Alat Sambung kayu yang dirancang 
(a)    Tampak depan          
(b)    Tampak potongan melintang.
(c)    Tampak Potongan atas    
(d)    Tampak prespektif
Adapun proses pembuatan daripada alat sambung ini kami mengajak Industri kecil menengah dalam proses pembuatannya. PT  Mikronika Internasional, Jl Ngingas Selatan 14, Waru, Sidoarjo.


Gambar 4      Produk plat ikat baja
(a)    Dibanding dengan glas minuman 200ml
(b)    Sepasang plat ikat
    
Didalam peroses uji laboratorium yaitu uji tarik dilakukan persiapan untuk mendapat hasil yang maksimum. Ada beberapa hasil uji yang harus direkord yaitu, besar displacement (perpanjangan) antara kayu dengan kayu dan displacemen antara kayu dengan plat ikat baja dan besarnya gaya tarik yang terjadi.
Pada set up benda uji seperti gambar 4.3, alat ukur A dipakai untuk mengetahui perpindahan antara kedua kayu yang disambung, sedangkan alat ukur B untuk mengetahui perpindahan antara kayu dengan plat ikat baja.  Alat ukur ini dipakai untuk mengetahui seberapa jauh perpindahan yang ditahan oleh alat sambung tersebut, meskipun ketelitian alat tersebut kemungkinan terjadi ketidak cocokan karena tidak tepat atau terjadi slip antara grip yang memegang benda ujinya.
Meskipun hal tesebut telah kita persiapkan tetapi karena panjang benda uji yang sangat terbatas maka telah dibuat perbaikan perbaikan yang dilakukan. Adapun perbaikan tersebut masih dalam kaitan yang memenuhi syarat dan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Sesuai dengan rencana set up awal, pada kondisi dilaboratorium, karena panjangnya benda uji yang hanya 100cm. Maka set up peralatan dipakai seperti terlihat pada gambar 5. Pada set up alat dilaboratorium ditunjukan sebagai berikut, pada alat ukur yang didepan merupakan alat ukur A yang mengukur jarak perpanjangan antara kayu dengan kayu, yang diambil dari bagian alat uji tarik yang menarik sambungan tersebut. Sedangkan alat ukur B (terlihat yang jauh dipasang dengan menghubung kan bagian alat yang menjepit kayu dengan plat ikat baja. Jadi alat tersebut akan mengambil data perpanjangan dari kayu bagian bawah dengan plat ikat baja.
3.2     Uji Numerikal dan Laboratorium.
Didalam proses pengujian dilakukan secara numerikal maupun dilakukan uji laboratorium untuk mendapatkan suatu hasil yang lebih baik. Didalam penjelasan ini dilakukan dua bagian yaitu proses uji numerikal dan uji laboratorium sebagai berikut :



A. Uji Laboratorium.
     Proses pengujian tarik dilakukan terhadap 11 benda uji. Didalam proses pengujian karena yang ingin diambil data adalah kemampuan a pikul dari b plat ikat baja, maka kayu yang dipakai untuk menguji digunakan dengan ukuran 5/10 dengan klas kuat II atau kayu kamper kalimantan. Adapun perincian benda uji sebagai berikut :
o    2 buah benda uji dengan satu baris @ 4 buah kait pada tiap baris tiap sisinya.
o    2 buah benda uji dengan dua baris @ 4 buah kait pada tiap baris tiap sisinya.
o    2 buah benda uji dengan tiga baris @ 4 kait pada tiap baris tiap sisinya.
o    2 buah benda uji dengan empat baris @ 4 kait pada tiap baris tiap sisinya.
o    3 buah benda uji dengan 5 baris @ 4 kait pada tiap baris tiap sisinya. 
Adapun gambaran macam benda uji tersebut seperti terlihat pada gambar 4.2 dibawah ini. Sedangkan hasil dan spesifikasi data benda uji dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini. Pengujian dilakukan dilaboratorium uji material dan Bahan Jurusan Teknik Sipil FTSP –ITS pada hari kamis tanggal 26 Januari 2006.  Adapun nomor 1 sampai dengan 5 sesuai dengan jumlah baris pada plat ikat, sedangkan a, b dan c merupakan jumlah specimennya.






Tabel 1   Data Specimen dan hasil pengujian  
Specimen     Dimensi (axbxL cm)     Displ A  (mm)     Displ B (mm)     Gaya Tarik (Kg)
1 A     5,4 x 9,3 x 88,4     (9,63)     (19,05)     320
1 B     5,6 x 9,3 x 98,3     (12,87)     (23,35)     340
2 A     5,7 x 9,3 x 98,7     (12,46)     (24,10)     940
2 B     6 x 9,4 x 99     (15,07)     (26,72)     540
3 A     6 x 9,4 x 98,9     (14,99)     (23,25)     1160
3 B     5,5 x 9,2 x 98,5     (19,75)     (36,80)     1460
4 A     5,5 x 9,4 x 98,4     (12,61)     (28,46)     1780
4 B     5,6 x 9,2 x 98     (18,59)     (27,80)     1306
5 A     5,6 x 9,5 x 97,5     (12,07)     (22,47)     1600
5 B     5,6 x 9,3 x 98,7     (22,30)     (25,73)     2380
5 C     6 x 9,5 x 98,6     (18,14)     (25,73)     1960



Tinjauan Numerikal
 Dari hasil perhitungan secara numerikal didapat rumus rumus seperti pada bab III dapat dihitung 3 kemungkinan lepasnya kait plat baja dari kayu sebagi berikut :

1    Kemungkinan kait putus akibat geser.
P1 = τ . Ags kait = 0,58. σdasar. tplat.b = 0,58.1600.0,1.1 Kg = 92,8  kg.

2    Kemungkinan     kait     lepas     karena diplacement.
P2 =δ.3EI/L3=   
0,1.3.2100000.(1/12)1.(0,1)3/13  = 52 kg.

3    Kemungkinan kait lepas karena kayu terdesak.
P3 = Adesak . σdesak kayu =  (½).1.1. 85 = 42,5 kg.

Jadi kekuatan satu buah kait diambil nilai terendah dari ketiga kemungkinan tersebut yaitu kemungkinan kait lepas karena kayu terdesak yaitu sebesar 42,5 kg per kait. Jadi apabila perbaris terdapat 4 buah kait maka kekuatan perbaris adalah (4x 42,5 kg)= 168 kg. Sedangkan untuk meyambung dipakai dua buah plat ikat. Maka kekuatan sambungan menjadi 2 x 168 kg = 336 kg per baris per sambungan. Dan apabila ditabelkan kekuatan berdasarkan kemungkinan kait lepas karena kayu tedesak sebagai berikut.

Tabel 2   kekuatan alat sambung berdasar jml baris.
Jml baris     4kait/baris /plat     2 plat/
sambungan     Kekuatan samb.
1 baris     168 Kg     336 Kg     336 Kg
2 baris     168 Kg     336 Kg     672 kg
3 baris     168 Kg     336 Kg     1008 Kg
4 baris     168 Kg     336 Kg     1344 Kg
5 baris     168 Kg     336 Kg     1680 kg

 C. Perbandingan Numerikal Vs Uji Laboratorium 
Dibandingkan     dengan     uji laboratorium     yang     dilakukan     sebagai berikut :












Tabel 3   Perbandingan Uji Lab dgn Numerikal
Jml baris     Uji Lab.     Kek.
Samb. 
(Kg)      (%)
    Speci  A
(Kg)     Speci  B
(Kg)        
1 baris     320      340      336       - 05 & +01  
2 baris     940      540     672      -24 & +39
3 baris     1160      1460      1008      +15 & +44
4 baris     1780      1306      1344      -02 & +32
5 baris     1600      1960      1680      -14 & +17

Dari hasil perbandingan antara uji lab dengan perhitungan berdasarkan kayu rusak terdesak terlihat ada kesetaraan, meskipun nilai nominalnya secara keseluruhan mempunyai perbedaan sebesar 1% sampai dengan 44%.
 

3.4 Tinjauan Kerusakan pada Uji Laboratorium
     Dilihat dari kerusakan yang terjadi dapat dilihat pada gambar diatas. Pada kayu terlihat terjadi proses desak pada kayu kemudian plat terlepas, karena terjadi pembekokan akibat mendesak pada kayu. Dan pada keyu terlihat lubang yang besar akibat desak.
Dari sisi kerusakan kayu akibat desak tidak mempengaruhi jarak antara kait yang mempunyai jarak 20mm. Demikian juga jarak horisontal antara kait dengan kait yang lain ditinjau pada kerusakan kayu yang terjadi tidak ada pengaruhnya. Atau dengan kata lain jarak tersebut cukup menampung gaya yang terjadi.
Sedangkan lepasnya kait dari kayu mempunyai kecenderungan sama yaitu setelah kait mendesak kayu, kemudian kait terjadi displacemen dan kemudian kait lepas setelah batang plat terjadi pembengkokan. Pada saat dilaksanakan pengujian akan lebih jelas lagi proses lepasnya kait. Tidak semua kait bagian atas saat ditarik lepas menunjukan bahwa kait lepas tidak hanya pada posisi diatas atau dibawah. Tetapi kait lepas pada posisi yang terlemah pada saat ditarik. Dimana kait akan lepas dengan terlebih dahulu membengkoknya plat.



     Gambar 6   Kerusakan pada kayu


4.    Kesimpulan dan Saran.
4.1     Simpulan.
Dari hasil analisis pada bab sebelumnya dapat diampil simpulan sebagai berikut :
1     Ditinjau dari kekuatan tarik dari plat ikat baja ada kesetaraan antara uji laboratoriu dengan hasil numerikal, meskipun masih terjadi bias. Hal ini terjadi pada semua benda uji baik dari kait dengan 1 baris sampai 5 baris.
2.    Ditinjau dari kerusakan akibat uji laboratorium, kecenderungan lepas pada satu sisi saja, khususnya sisi yang lemah, meskipun ada beberapa uji yang lepas pada tiap sisi sambungan.
3.    Hapir semua benda uji terjadi kerusakan pada kayu terlebih dahulu kemudian kait lepas dari sambungan nya. Kerusakan desak pada kayu tidak sampai pada bagian kait yang didepannya.

4.2 Saran.
Meskipun kesimpulan diatas tidak sepenuhnya tepat, karena jumlah benda ujinya relatif sangat minim untuk secara statistik. Maka perlu disrankan sebagai berikut.
1.    Perlunya dilakukan uji kekuatan lentur pada sumbu lemah untuk mengetahui kemungkinan bila dipakai kuda-kuda pad posisi tidur kemudian diberdirikan.
2.    Apabila alat tersebut dipergunakan sebagai alat sambung maka kekuatan tarik maksimum sekitar 60% dari kemampuan uji laboratorium dan ditinjau pada jumlah baris penuh atau yang direncanakan.

BAB VI
SAMBUNGAN KAYU


Pengertian dan macam-macam Sambungan Kayu
Kayu Adalah Bahan Kontruksi Yang Banyak Dipakai di Dalam Pembangunan Rumah dan Gedung. Kayu Banyak Dipilih Karena Kayu Mem[unyai Bentuk dan Warna Alami yang Lembut dan Artistik.Sebagai Bahan Pelengkap Bangunan, Kayu Banyak Digunakan Untuk Komponen Rangka Atap, Kuda-kuda, Rangka Plafon, Loteng, Pintu dan Jendela.
Kayu pun Banyak Dipakai Dalam Pembuatan Perabotan Rumah Tangga.
Sekarang, Kebutuhan Akan Rumah Yang Aman Namun Tetap Nyaman Ditempati Makin Dirasakan Sangat Diperlukan Disaat Seringnya Terjadi Bencana Alam Gempa Bumi. Solusi Untuk Itu Tentunya Adalah Rumah Kayu....Ya Rumah Kayu baik Yang Tradisional Maupun Rumah Kayu Modern.
Sambungan kayu type Bibir Lurus
Sambungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang disambungkan satu sama lain sehingga menjadi satu batang kayu yang panjang.
Sambungan kayu secara garis besar dapat dibedakan menjadi 3 kelompok :
•    Sambungan memanjang
•    Sambungan melebar
•    Sambungan menyudut.
Jenis sambungan BIBIR LURUS ini biasanya digunakan untuk penyambungan kayu pada arah memanjang. ( biasanya digunakan untuk kayu balok pada konstruksi bangunan ).

     Jenis sambungan kayu ini digunakan untuk penyambungan kayu pada arah memanjang. ( biasanya digunakan untuk kayu balok pada konstruksi bangunan ).


Sambungan Bibir lurus 2D

Sambungan Bibir lurus 3D

Sambungan kayu type Takikan Lurus Mulut Ikan

Type sambungan TAKIKAN LURUS MULUT IKAN ini biasa digunakan pada balok kayu dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.

Sambungan takikan lurus mulut ikan berkait 2D

Sambungan takikan lurus mulut ikan berkait 3D







Sambungan kayu type Bibir Miring
Type sambungan BIBIR MIRING ini biasa digunakan pada balok kayu dengan arah memanjang.
Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.

Sambungan bibir miring berkait 3D


 Sambungan bibir miring berkait 2D
Sambungan kayu type Bibir Lurus Berkait

Type sambungan BIBIR LURUS BERKAIT ini biasa digunakan pada balok kayu dengan arah memanjang.Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.



Sambungan bibir lurus berkait 3D




Sambungan bibir lurus berkait 2D

Hubungan dan Sambungan Kayu
Penyambungan pada pekerjaan kayu dapat dilakukan dengan cara sambungan menyudut. sambungan melebar, sambungan memanjang.






Sambungan menyudut dapat dilakukan:
*  Sambungan takikan lurus

*  Sambungan pen dan lubang tertutup



*  Sambungan pen dan lubang terbuka

*  Sambungan ekor burung

*  Sambungan pen dan lubang dengan spatpen



*  Sambungan klip dengan satu satu sisi verstek



Sambungan melebar dapat dilakukan dengan
•    Sambungan alur dan lidah lepas


Sambungan kayu melebar jenis lidah lepas dan alur 2d



Sambungan kayu melebar jenis lidah lepas dan alur 3d

•    Sambungan alur dan lidah


Sambungan kayu melebar jenis lidah dan alur 2d



 Sambungan kayu melebar jenis lidah dan alur 3d

•    Sambungan dowel

Sambungan memanjang dapat dilakukan dengan
*  Sambungan bibir lurus



Sambungan sudut lidah bersponing dan alur 2D


Sambungan sudut lidah bersponing dan alur 3D

*  Sambungan bibir lurus berkait


Sambungan bibir lurus berkait 3D




Sambungan bibir lurus berkait 2D



*  Sambungan bibir miring


Sambungan lidah miring 2D


Sambungan lidah miring 3D





*  Sambungan bibir miring terkait


 Sambungan bibir miring berkait 3D




Sambungan bibir miring berkait 2D








*  Sambungan bersusun dengan gigi


*  Sambungan bersusun dengan schei






*  Sambungan dengan pengunci atas bawah

*  Sambungan dengan pengunci bawah








*  Sambungan dengan pengunci di samping

Sambungan kayu dengan pengunci di samping 2D


Sambungan kayu dengan pengunci di samping 3D







*  Sambungan takik lurus rangkap


Sambungan takikan lurus rangkap 2D


Sambungan takikan lurus rangkap 3D
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.  1992.  Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan Republik Indonesia, Jakarta. Hlm.: 8-12

Haygreen, J. G. dan Jim L. Bowyer. 1989.  Hasil Hutan dan Ilmu Kayu.  Suatu Pengantar. Gajah Mada Univercity Press.  Yogyakarta.  Hlm.: 274-350

Heyne, K.  1987.  Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III.  Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.  Jakarta. Hlm.: 1117-1118.
Karnasudirdja, S. 1987.  Pengetahuan Bahan Kayu. Sifat fisis dan mekanis.  Departemen Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.  Bogor.

Mandang, Y.I., I.K.N. Pandit. 1987.  Seri Manual : Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan.  PROSEA Network Office.  Yayasan PROSEA Bogor. Hlm.: 101102

Martawijaya, A., I. Kartasujana, K.Kadir dan S.A. Prawira. 1981.  Atlas Kayu Indonesia Jilid I.  Balai Penelitian Hasil Hutan Bogor.

Tsoumis, G. 1991. Science and Technology of Wood.  Structure, Properties, Utilization.  Van Norstrand Reinhold. New York. p.111-180   

Wardani, M., N. Hadjib, dan P. Sutigno. 2004. Jenis kayu andalan setempat. Surili. 
Volume 32 No.3/September 2004.  Bandung.





About The Blogger

Description about your profile and theblog about. Edit this in Template > Edit HTML. CB Blogger was edited this seo responsive blogger template for you. Lorem ipsum dolir sit tes template blog blogspot seo friendly, fast loading, and responsive

2 komentar:

Industri Rumah Kayu said...

menarik dan sungguh bermanfaat bagi yang sedang mencari data mengenai kayu secara general.

rian said...

Makasih