• ciri-ciri utama dari retak kulit buaya adalah dengan adanya celah dengan
lebar ≥ 3mm. Saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang
menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang kurang
baik, pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan dibawah lapis
permukaan kurang stabil, atau bahan lapis pondasi dalam keadaan jenuh air (air
tanah naik).
• Daerah retak kulit buaya yang luas, biasanya disebabkan oleh repetisi beban
lalu lintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan
tersebut. Untuk sementara untuk pemeliharaan dapat digunakan lapis burda,
burtu, ataupun lataston.
• Jika celah ≤ 3mm, sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak
kulit buaya akibat rembesan air ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki
dengan cara dibongkar dan dibuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis
kembali dengan bahan yang sesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikan
drainase disekitarnya. Kerusakan yang disebabkan oleh beban lalu lintas harus
diperbaiki dengan memberi lapis tambahan.
c) Retak Pinggir (edge crack)
• Retak pinggir, retak memanjang jalan, dengan atau tanpa cabang yang mengarah
ke bahu dan terletak dekat bahu, disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari
arah samping, drainase kurang baik, terjadinya penyusutan tanah, atau
terjadinya settlement dibawah daerah tersebut. Akar tanaman yang tumbuh ditepi
perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak pinggir.
• Cara perbaikan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair & pasir.
Perbaikan drainase harus dilakukan, bahu diperlebar, dan dipadatkan, jika
pinggir perkerasan mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki dengan
mempergunakan hotmix. Retak ini lama kelamaan akan bertambah besar dengan
disertai lubang-lubang.
d) Retak Sambungan Bahu Perkerasan (edge joint
crack)
• Retak sambungan bahu perkerasan, retak memanjang, umumnya terjadi pada
sambungan bahu dengan perkerasan. Retak dapat disebabkan kondisi drainase dibawah
bahu jalan lebih buruk daripada dibawah perkerasan, terjadinya settlement di
bahu jalan, penyusutan material bahu / perkerasan jala, atau akibat lintasan
truk / kendaraan berat di bahu jalan.
• Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan capuran aspal cair dan
pasir.
e) Retak Sambungan Jalan (lane joint crack)
• Retak ini merupakan retak yang terjadi secara memanjang yang pada dua
sambungan lalu lintas. Hal ini disebabkan tidak baiknya ikatan sambungan dua
lajur lalu lintas.
• Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukkan campuran aspal cair dan pasir ke
dalam celah-celah yang terjadi.
f) Retak Sambungan Pelebaran Jalan (widening crack)
• Retak jenis ini terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan
perkerasan pelebaran secara memanjang. Hal ini disebabkan oleh perbedaan daya
dukung di bawah bagian pelebaran dan bagian jalan lama, dapat juga disebabkan
oleh tidak baiknya ikatan antar sambungan.
• Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan
pasir.
g) Retak Refleksi (reflection crack)
• Ciri-ciri Retak Refleksi dapat terjadi secara memanjang, melintang, diagonal,
atau membentuk kotak. Terjadi pada lapis tambahan (overlay) yang menggambarkan
retakan di bawahnya. Retak ini dapat terjadi jika retak pada perkerasan lama
tidak diperbaiki dengan baik sebelum pekerjaan overlay, dapat pula terjadi jika
terjadi gerakan vertical atau horizontal di bawah lapis tambahan sebagai akibat
perubahan kadar air pada jenis tanah yang ekspansif.
• Untuk retak memanjanag, melintang dan diagonal perbaikan dapat dilakukan
dengan mengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan pasir. Untuk retak
berbentuk kotak, perbaikan dilakukan dengan membongkar dan melapis kembali
dengan bahan yang sesuai
h. Cacat Permukaan (disintegration)
jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada kerusakan secara kimiawi &
mekanis dari lapisan permukaan, yang termasuk cacat permukaan adalah sebagai
berikut:
a) Lubang (potholes)
kerusakan jalan berbentuk lubang (potholes) memiliki ukuran yang bervariasi
dari kecil sampai besar. Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air sampai
ke dalam lapis permukaan yang dapat menyebabkan semakin parahnya kerusakan
jalan.
Proses pembentukan lubang dapat terjadi akibat :
Campuran lapis permukaan yang buruk seperti :
• Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
• Agregat kotor sehingga ikatan antar aspal dan agregat tidak baik.
• Temperature campuran tidak memenuhi persyaratan.
Lapis permukaan tipis sehingga lapisan aspal dan agregat mudah lepas akibat
pengaruh cuaca.
System drainase jelek sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul dalam
lapis perkerasan.
Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap masuk dan
mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.
untuk perbaikan maka lubang-lubang tersebut harus dibongkar dan dilapis kembali
dimana pembongkaran berfungsi untuk meningkatkan daya cengkram antar sambungan
perkerasan yang baru dan perkerasan yang lama.
i. Pelepasan butir (raveling)
• Dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh hal yang
sama dengan lubang
• Dapat diperbaiki dengan meberikan lapisan tambahan di atas lapisan yang
mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan
j. Pengelupasan Lapisan Permukaan (stripping)
• Disebabkabn oleh kurangnya ikatan antara lapis permukaan dan lapis di
bawahnya, atau terlalu tipisnya lapis permukaan.
• Dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diratakan, dan dipadatkan. Setelah itu
dilapis dengan buras.
k. Pengausan (polished aggregate)
Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus
terhadap roda kendaraan / agregat yang digunakan berbentuk bulat dan licin.
Dapat diatasi dengan latasir, buras, latasbum